Selasa, 01 April 2008

Ponsel Dual On Makin Menyeruak!



Setiap vendor ponsel berupaya keras mencari celah guna membangun ceruk pasar dan pelanggan fanatik yang segmented. Hal ini tak ayal menjadikan pertarungan bisnis ponsel makin panas dan berdarah-darah. Namun kunci penting memenangkan kompetisi sengit itu adalah inovasi fitur dan service. Tercatat ada dua jenis terobosan konvergensi fitur berupa kamera dan TV analog di ponsel yang kian digemari orang. Namun satu lagi fitur yang kini juga cukup digemari adalah fitur dual on, seiring dengan makin menggelembungnya jumlah pebisnis yang sangat sibuk dan mobile. Bagaimana konstelasi market ponsel dual? Siapakah yang termurah saat ini? Ikuti ulasan berikut.

Samsung Jadi Pioner

Ketika Samsung mengeluarkan ponsel berkartu dobel, GSM dan CDMA, sekitar 3 tahun lalu (2004) sepertinya itu menjadi pemicu maraknya ponsel dual SIM card (berkartu SIM ganda). Pembuat ponsel Korea Selatan itu sebenarnya juga bukan yang pertama, sebelumnya sudah ada Motorola. Meskipun vendor ponsel AS ini sepertinya tidak melihat keuntungannya, mungkin waktu itu untuk perhitungan di tingkat global dan teknologinya juga masih mahal.

Hingga akhir tahun 2006 lalu, Samsung telah menghadirkan ponsel dual mode tipe SCH-W569 dalam program paket dengan salah satu operator seluler. Lebih memahami kebutuhan Anda, di awal tahun 2007, Samsung juga telah menghadirkan jenis ponsel dual mode lain yang tidak dipasarkan dalam program paket, yaitu SCH-W579 2 ON phone .

Selain praktis karena baik nomor CDMA dan GSM Anda aktif dua-duanya, SCH-W579 juga memiliki keistimewaan yang lain. Seperti adanya fitur rotating camera yang bisa dipakai mengabadikan momen penting, touch screen yang memudahkan Anda pada saat mengoperasikan ponsel dan MP3 player untuk Anda yang gemar mendengarkan musik. Mobilitas Anda juga tidak akan terganggu karena SCH-W579 dilengkapi bluetooth handsfree. Fitur lainnya adalah external memory dan video chatting, serta kemampuan high speed data modem (CDMA 2000-1X).

Vendor Kelas Dua

Penjualan ponsel dual on makin melesat. Namun uniknya pertarungan ini diramaikan oleh vendor kelas dua seperti ZTE, Hisense, Taxco, Mito, CoolPAD, D-One, Kozi, Nexian, dan Hitech.

Salah satu ponsel dual mode dual online murah adalah ZTE H500. Saat pertama dirilis dipatok Rp 1,48 juta dan menjadi termurah dibandingkan ponsel dual mode GSM-CDMA merek dan tipe apa pun yang lebih dulu beredar.

Dibekali fitur layar 65 ribu warna, untuk nada dering telepon, pengguna bisa memilih satu di antara sepuluh nada 16 polynote yang tersedia. Sementara itu, pilihan alert SMS hanya ada tiga buah. Pengguna tidak bisa menambah atau memodifikasinya.

Selain itu ada firewall, dimana dengan mengoptimalkan firewall, pengguna secara otomatis bisa menolak panggilan dari nomor tertentu yang tercantum dalam black list. Sebaliknya, pengguna juga dimungkinkan hanya menerima panggilan dari beberapa nomor yang termasuk friend list.

Fitur lain H500 yaitu menu berbahasa Indonesia yang amat sederhana. Di antaranya, buku telepon berkapasitas 300 nama single entry, alarm, kalkulator, dan game. Tak ada inframerah, bluetooth, kamera, maupun slot memori eksternal. Ponsel berdimensi fisik 110 x 45 x 20 mm dan berat 100 gram tersebut juga tidak mendukung layanan GPRS dan MMS.

Handset menjadi salah satu produk utama ZTE. Hingga sekarang ZTE telah mengirimkan handset ke lebih dari 60 negara dengan pasar utama Australia, Inggris, India, Italia, dan Indonesia. Sebelumnya, handset ZTE yang telah masuk pasar Indonesia berseri C300, X175, X176, C169, C150. Sejak tahun 1999 sampai kini, total handset yang tersebar di Indonesia telah melebihi angka 1,2 juta unit.

Indonesia menjadi salah satu pasar penting bagi ZTE dalam jangka panjang mendatang karena pasarnya masih akan tumbuh dan terbuka luas. Bahkan Indonesia dianggap sebagai pasar telekomunikasi terbesar keempat di dunia.

Cemas Serbuan China

Saat ini ceruk pasar penjualan ponsel berkartu SIM ganda GSM-CDMA semakin tipis akibat serbuan ponsel buatan China yang murah meriah. Herman Janto, GM StarTech menegaskan pihaknya membuat dual SIM card GSM-GSM, dengan menyasar konsumen yang ingin berkomunikasi dengan sesama operator. Hal ini mengingat komunikasi antaroperator GSM yang sama juga memberikan tarif yang sangat murah.
Salah satu keberhasilan Star Tech yaitu mampu mengantisipasi masalah kelemahan yang ada pada jenis ponsel kartu ganda. Pada jenis ponsel ini biasanya pemakaian baterai sangat boros karena harus menghidupi atau mempertahankan koneksi untuk dua jaringan sekaligus. Solusinya memberikan baterai berkapasitas besar, yaitu 2.000 mAh, dengan waktu bicara sekitar 210 menit dan waktu siaga 200 jam.

Kapasitas memori internal ponsel seberat 100 gram ini sebesar 493 kB, cukup untuk menyimpan sekitar 300 nomor. Jadi untuk menyimpan hasil pemotretan, musik, atau video disediakan selot eksternal memori microSD pada sisi bawah di dalam casing luar yang kapasitasnya bisa mencapai 1 GB.

Prospek Masa Depan

Kini makin berkembang sebuah prinsip ekonomis dalam pemakaian ponsel. Hal ini mendorong kepemilikan dua ponsel, yaitu GSM untuk jaringan yang luas dan CDMA untuk tarif yang murah. Gayung bersambut, melahirkan inovasi diproduksinya ponsel dual yang memiliki 2 jaringan sekaligus, yaitu GSM dan CDMA.

Belakangan malah hadir ponsel dual yang kedua-duanya GSM. Jika pada mulanya ponsel dual ini tidak dapat aktif kedua jaringannya secara bersamaan, maka kini kebanyakan ponsel dual sudah dapat aktif di kedua jaringannya secara bersamaan.

Namun tampaknya konstelasi kompetisi market selular Indonesa, bakal kembali bergeser sejak terungkapnya konspirasi oleh kartel operator selular yang mengakibatkan tarif selular di Indonesia melambung. Tereksposnya kasus ini memaksa para operator lebih terbuka dalam masalah tarif bebarengan dengan diturunkannya (secara paksa) tarif interkoneksi. Dan secara serentak tarif-tarif selular (terutama GSM) harus direvisi per tanggal 1 April.

Diprediksi tarif GSM akan semurah CDMA. Bahkan beberapa operator selular telah mencuri start dengan diturunkannya tarif komunikasi sebelum 1 April. CDMA bakal ketar-ketir karena trend-nya tarif GSM akan semurah CDMA. Dan FWA CDMA bakal semakin terpuruk karena keterbatasan cakupan area layanannya.

Sementara nasib ponsel Dual diperkirakan akan sangat prospektif, mengingat makin meggelembungnya golongan masyarakat pengusaha, eksekutif, atau orang-orang super sibuk dengan beragam urusan bisnis. Ditambah dengan semakin murahnya harga ponsel yang makin terjangkau masyarakat, disertai beragam fitur yang kompatibel. (had)

Tidak ada komentar: